Syarat-syarat dalam kalimat efektif,
yaitu :
1. Koherensi
Yaitu hubungan timbal-balik yang baik
dan jelas antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kata itu.
Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan
tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat
sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga
boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau
kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.
Hal-hal yang merusak koherensi :
- Koherensi rusak karena tempat kata
dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.
- Kesalahan menggunakan kata-kata
depan, kata penghubung, dan sebagainya.
- Pemakaian kata, baik karena merangkaikan
dua kata yang maknanya tidak tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung
kontradiksi.
- Kesalahan menempatkan keterangan
aspek (sudah, telah., akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja
tanggap.
2.
Kesatuan
Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang
baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsur-unsur subyek dan predikat, atau
bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsur-unsur subyek, predikat,
obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan
cirri keutuhan kalimat.
Contoh: Ibu
menata ruang tamu tadi pagi.
S P Pel K
Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan
antar unsur menjadi jelas sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan
makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur
bahasa yang digunakan.
Pada umumnya dalam sebuah kalimat terdapat satu ide yang
hendak disampaikan serta penjelasan mengenai ide tersebut. Hal ini perlu ditata
dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis mencapai
sasarannya. Untuk mencapai maksud
ini, ada ciri kesepadanan yang harus diperhatikan:
1. Subyek dan
Predikat.
Subyek di dalam kalimat merupakan unsure inti atau pokok
pembicaraan. Subyek dapat kata atau kelompok kata. Kadang-kadang kata-kata yagn
berfungsi sebagai kelompok kata ini didampingi oleh kata-kata lain yang
tugasnya memperjelas subyek.
Predikat adalah kata yang berfungsi memberitahukan apa,
mengapa, atau bagaiman subyek itu. Sedangkan obyek merupakan pelengkap
predikat. Obyek hanya ada terdapat pada kalimat yang mempunyai predikat kata
kerja.
Predikat (di, kepada, untuk, yang) yang ada sebelum subyek
atau predikat tidak dapat dikatakan kedudukannya sebagai subyek atau predikat,
karena fungsinya menjadi tidak jelas sehingga tak dapat dikatakan sebagai
kalimat yang padu.
Contoh:
– Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan
diri di secretariat. (salah)
- Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di
secretariat. (benar)
- Uang untuk memberi obat. (salah)
- Uang untuk memenuhi obat dipakai kakak. (benar)
2. Kata penghubung
intra kalimat dan antar kalimat.
Konjungsi intra kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan
kata dengan kata dalam sebuah frase atau menghubungkan klausa dengan klausa di
dalam sebuah kalimat.
Contoh:
– Kami semua bekerja keras, sedangkan dia
hanya bersenang-senang. (disebut kalimat setara karena konjungsi berada
diantara kedua klausa)
- Jika semua anggota bekerja sesuai dengan petunjuk,
proyek ini akan berhasil dengan baik. (disebut kalimat majemuk bertingkat
karena konjungsi berada sebelum anak kalimat atau di mukia klausasebelum anak
kalimat).
Konjungsi kalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan kalimat
yang satu dengan kalimat yang lain di dalam sebuah paragraf.
Contoh :
– Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya
padaku. Karena itu, aku tidak mempercayainya lagi.
3. Gagasan Pokok
Biasanya gagasan pokok diletakkan pada
bagian depan kalimat. Jika hendak menggabungkan dua kalimat, maka harus
ditentukan mana yang mengandung gagasan pokok yang menjadi induk kalimat.
Contoh : Ia
ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.
( induk kalimat )
4.
Penggabungan dengan “yang”, “dan”.
Jika dua kalimat digabungkan dengan
partikel “dan”, maka hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat
digabungkan dengan partikel “yang” maka akan menghasilkan kalimat majemuk
bertingkat, artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.
5.
Penggabungan menyatakan “sebab” dan “waktu”.
Hubungan sebab dinyatakan dengan
menggunakan kata “karena”, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata
“ketika” agar dicapai efektivitas komunikasi. Yang perlu diperhatikan adalah
pilihan penggabungan hubungan waktu dan hubungan sebab harus sesuai dengan
konteks kalimat.
6. Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan artikel dan hubungan
tujuan.
Dalam menggabungkan kalimat perlu
dibedakan penggunaan partikel “sehingga” untuk menyatakan hubungan akibat, dan
partikel “agar” atau “supaya” untuk menyatakan hubungan tujuan.
Contoh :
– Semua peraturan telah ditentukan sehingga
para mahasiswa tidak berdiri sendiri-sendiri.
7.
Kehematan
Kehematan yang dimaksud berupa
kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak
diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak
berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut
unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:
1.
Frase pada awal kalimat
Contoh
: sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut
para ahli bedah.
2.
Pengurangan subyek kalimat
Contoh: – Hadirin serentak berdiri setelah mereka
mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)
3.
Keparalellan
Keparalelan atau kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata
atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba,
bentuk kedua juga menggunakan verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata
kerja berimbuhan me-, maka kalimat berikutnya harus menggunakan kata kerja
berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga
sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
4.
Penekanan
gagasan pokok atau misi yang ingin
ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan,
melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada
berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :
1.
Posisi dalam kalimat
Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan
menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain
dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.
Contoh :
– Salah
satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat
Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
Pertamina dengan produksi minyak.
- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai
Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan
tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.
2.
Urutan yang logis
Sebuah kalimat biasanya memberikan
sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan
agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara
kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan
menggambarkan suatu proses.
Contoh :
–
Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.
5.
Kevariasian
Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca,
diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat
atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.
a.
Cara memulai
1.
Subyek pada awal kalimat.
Contoh:
– Bahan
biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.
2.
Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan
susun balik)
Contoh:
– Turun
perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.
3. Kata modal pada awal kalimat
Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah
nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yang keras menjadi lembut
atau sebaliknya.
Untuk
menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang,
kerapkali, dan sebagainya.
Untuk
menyatakan ketidakpastian digunakan: mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya,
tampaknya, dan sebagainya.
Untuk menyatakan
kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan
sebagainya.
Contoh: – Sering
mereka belajar bersama-sama.
b.
Panjang-pendek kalimat.
Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik
atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak
menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya
pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal
menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih
jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan
yang utuh.
c. Jenis kalimat.
Biasanya dalam menulis, orang cenderung
menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat
berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua
yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini
tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat
perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan
penyegaran dalam karangan.
d.
Kalimat aktif dan pasif.
Selain pola inversi, panjang-pendek
kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat
membuat tulisan menjadi bervariasi.
e.
Kalimat langsung dan tidak langsung.
Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah
ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan
paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato,
atau mengutip pendapat seseorang dari buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar