Oleh : Mochamad Purnaegi Safron
Proses pemilihan seorang pemimpin pemilihan
presiden di Indonesia maupun negara lain tak luput dari sesuatu proses politik
yang melahirkan dinamika politik yang terus berkembang mulai dari proses
kampanye, debat dan lainnya. Misalnya dalam proses kampanye dan debat tersebut
masing masing calon kandidat tak luput dari perang visi misi melalui pola
argumentasi yang di lontarkan, dan dalam proses tersebut melahirkan intrik
politik, pembunuhan karakter maupun agitasi propaganda atau bisa lebih di kenal
dengan perang urat saraf.
Perang urat saraf atau psychological
war adalah suatu proses komunikasi yang saling melakukan kegiatan propaganda
antara seorang figure politik dengan figure politik lain, antara suatu kelompok
dengan kelompok lain, dan antara suatu negara dengan negara lain, dengan tujuan
untuk saling menekan dan menjatuhkan nama atau kelompok lain.
Apabila kita membaca definisi dari
William E Daugherty dan morris janowitz mengenai perang urat saraf dalam
bukunya A psychological warface casebook yang menyatakan bahwa penggunaan
secara berencana propaganda dan kegiatan kegiatan lainya yang di rencanakan
untuk mempengaruhi pendapat, emosi, sikap dan prilaku pihak musuh, pihak netral
dan pihak kelompok asing yang bersahabat dalam rangka mendukung pencapaian sasaran
dan tujuan.
Pada dasarnya perang urat saraf
dalam arti luas tak lebih dari penerapan bagian bagian dari ilmu psikologi yang
meliputi kegiatan kegiatan politik, ekonomi dan militer yang meliputi aspek
yang menerapkan merancang propaganda dan merancang kegiatan lainya yang lebih
berkaitan dengan perang politik, perang ideology, perang propaganda, perang
ide, perang kata kata serta perang kecerdasan.
Apabila kita menengok kembali
dinamika politik Indonesia tak berselang lama telah berlangsung pesta politik yang
bersistem demokrasi yaitu pemilihan presiden dan wakil presiden yang lebih
bernuansa agitasi dan propaganda yang melahirkan perang urat saraf yang di
mulai sebelum dan sesudah pemilihan yang begitu kerasnya dinamika politik yang
terjadi hingga menyebabkan perpecahan di antar kelompok di masyarakat.
Maka dalam hal ini tentu cara ini
tidak begitu baik karna dengan propaganda dengan, segala kedustaan,
penjungkir-balikan fakta, rumors dan fitnah adalah halal belaka yang melahirkan
perang urat saraf, dan jika perang urat saraf dikaitkan dengan sudut pandang
propaganda maka menurut Professor Raliby Kalau propaganda dihadapi pula
dengan propaganda, dunia ini akan makin centang perenang. Dengan propaganda,
orang dapat menciptakan “surga”, namun dengan propaganda juga orang dapat
menciptakan “neraka” di tengah sebuah komunitas. Maka dalam hal ini jauhilah kegiatan
yang bernuansa agitasi dan propaganda yang bisa melahirkan perang urat saraf
yang notabene akan menyebabkan perpecahan diantara kelompok masyarakat atau
negara.
Dalam perkembangan bangsa-bangsa di dunia maupun kerajaan-kerajaan didunia di jaman kuno dimana mana para pemimpin-pemimpin bangsa dan kerajaan ataupun jenderal-jenderal militer mereka dalam segala aspek peperangan baik militer, politik dan ekonomi mereka semuanya menggunakan strategi perang urat saraf ini.
Kita dapat mengetahui bagaimana
seorang Jengis Khan seorang pria yang buta hurup, seorang laki-laki
keturunan petani miskin mongolia tetapi dapat menjelma menjadi seorang kaisar
terbesar sepanjang masa yang mana kekuasaannya membentang dari asia sampai
erofa menggunakan cara perang urat saraf ini.
Sebelum ia dan pasukannya
bertempur secara face to face.yang mana di kisahkan dalam kitab-kitab
literatur-literatur sejarah modern maupun kuno sebelum bertempur dengan pihak
musuh. Jengis Khan terlebih dahulu menyelundupkan dan menanamkan
orang-orang Nya ke dalam pihak musuh dengan tugas untuk melaksanakan infiltrasi
maupun desepsi dalam pasukan musuh yang mana tugas orang-orang Jengis Khan yang
melakukan infiltrasi tersebut adalah melakukan propaganda terhadap pasukan
musuh yang tujuannya untuk melemahkan mental serta kepercayaan diri pasukan
musuh sehingga pasukan musuh merasa ketakutan serta mentalnya jatuh dan tidak
mempunyai semangat bertempur lagi.
Perang urat saraf diterapkan dalam
berbagi bidang militer, politik dan ekonomi dibandingkan dalam bidang politik
dan ekonomi. Perang urat saraf dalam bidang militer mempunyai kekhasan
tersendiri. Hal ini disebabkan oleh fungsinya mendukung gerakan militer yang
merupakan adu kekuatan secara fisik dalam bentuk bunuh membunuh. Oleh karena
itu, sasarannya di klasifikasikan menjadi tiga kelompok : Pihak musuh yang
diutamakan, pihak yang bersikap netral dan pihak yang bersikap bersahabat. Pengklasifikasikan
sasaran ini bukan tidak mungkin diterapkan juga dalam perang urat saraf dalam
bidang politik maupun ekonomi.meliputi : Pihak lawan,Pihak yang
bersimpati,Pihak yang bersikap tidak peduli/apatis.Secara lebih luas perang
urat saraf ini tidak hanya di klasifikasikan kedalam tiga bentuk saja (militer,
politik, ekonomi). Dalam bidang lain juga terjadi perang urat saraf.
Dalam bidang Hukum misalnya sering
terjadi perang urat saraf antara penggugat dan tergugat untuk mempengaruhi
jaksa dan hakim.Dalam bidang olahraga misalnya,sepakbola bagaimana seorang
pelatih contohnya pelatih Real Madrid Jose Mourinho sering melancarkan perang urat
saraf terhadap tim lawannya atau terhadap pelatih atau pemain lawan atau juga
terhadap wasit maupun suporter lawan.Dalam bidang Ideologi kita juga sering
menyaksikan perang urat saraf antara paham satu dengan paham lain yang
mana.mereka saling klaim ajaran maupun paham mereka yang paling benar.Dalam
bidang sosial budaya maupun seni serta pariwisata dan bisnis perang urat sarap
juga ada.
Dengan demikian jelaslah bahwa
perang urat saraf erat sekali antara korelasi dan tujuannya.yang mana
seluruhnya mempunyai kesamaan tujuan ,yakni sama-sama untuk mencapai kemenangan
dan sama-sama untuk mengubah sikap, pendapat dan perilaku sasaran yang dituju
baik perorangan maupun kelompok tetapi dalam hal-hal tertentu ada perbedaan-perbedaan
tertentu. perubahan sikap pendapat dan perilaku musuh dalam peperangan tidak
akan sama dengan perubahan sikap, perilaku dan pendapat musuh dalam bidang
politik dan ekonomi. Demikian juga akan terdapat perbedaan antara sikap, pendapat
dan perilaku pihak musuh dengan perubahan siakap pendapat dan perilaku pihak
netral dan pihak yang bersimpati. Untuk itu, tujuan dan hakikat perang urat
saraf adalah untuk mencapai kemenangan.
Cara-cara melakukan kegiatan
perang urat saraf dengan menerapkan ilmu psikologi merancang propaganda dan
merancang kegiatan-kegiatan lainnya akan sangat berbeda antara bidang yang satu
dengan bidang yang lainnya, antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Caranya
harus disesuaikan dengan tujuan dan tujuan harus disesuaikan dengan sasaran. Dan
dalam operasionalnya agar efektif tentu harus didukung oleh teknologi terutama
teknologi media elektronik : Televisi,internet dll. yang mampu mencapai sasaran
dalam jumlah besar dan secara serentak.
Sumber :
http://politik.kompasiana.com
http://mbahjamrong45.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar