Berpikir positif adalah cara berfikir secara terbuka dan
melihat segala sesuatu selalu memberi hikmah bagi pengalaman hidup. Sebaliknya,
seorang yang berfikir negatif hanya merekam gambar kelam dari setiap kejadian
atau keburukan pada seseorang maupun alam.
Di musim penghujan bulan
Januari 2014 ini, warga di kota Jakarta dan beberapa daerah lainnya disibukkan
dengan urusan banjir yang telah menenggelamkan rumah, jalanan, harta benda dan
mengganggu aktifitas perekonomian. Tidak hanya rumah penduduk bahkan
industri-indutsri pun menanggung banyak kerugian karena berbagai aspek banyak
yang terkendala akibat banjir.
Apabila kita berpikir positif dari banjir di negeri ini
adalah banyak orang yang peduli dan mau mengeluarkan bantuannya berupa
keperluan korban banjir. Begitu juga dengan orang kaya dengan rumah mewah yang terkena
banjir yang dulunya tidak kenal orang sekitar, kini mau bersahabat karena butuh
pertolongannya.
Demikian halnya dengan gambaran pikiran negatif; pikiran
yang hanya merekam gambar kelam dari setiap kejadian. Kita takkan mendapati
warna-warni kehidupan, karena cahaya ditangkap sebagai kegelapan. Untuk itulah,
mengapa kita disarankan untuk selalu melihat segala sesuatunya dengan kacamata
positif. Apalagi jika disadari, bahwa segala sesuatu di muka bumi ini berada
dalam kendali Tuhan Yang Mahakuasa.
Jika kita memahami dan mengaplikasikan ajaran
Islam, niscaya kita akan menyadari bahwa Islam adalah ajaran yang sangat
sempurna (syamil). Islam memberikan guideline kepada umatnya dalam setiap sudut
kehidupan ini. Dalam melihat permasalahan, Islam mengajarkan untuk melihatnya
dari sudut pandang positif. Islam mewajibkan umatnya untuk selalu berpikir
positif. Dalam Islam, hal tersebut kita kenal dengan istilah khusnudhon.
…
Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi
(pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
(QS. Al-Baqarah: 216)
Dalam kehidupan kita sehari-hari, orang
sering mengatakan, “Pasti ada kebaikan (hikmah) di balik kejadian ini,” atau,
“Ini merupakan berkah dari Allah SWT.” Biasanya, banyak orang mengucapkan
ungkapan-ungkapan tersebut tanpa memahami arti sebenarnya atau semata-mata
hanya mengikuti kebiasaan masyarakat yang tidak ada maknanya. Kebanyakan mereka
gagal memahami arti yang sebenarnya dari ungkapan-ungkapan tersebut atau
bagaimana pemahaman itu dipraktikkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Pada
dasarnya, kebanyakan manusia tidak sadar bahwa ungkapan-ungkapan tersebut tidak
sekadar untuk diucapkan, tetapi mengandung pengertian yang penting dalam
kejadian sehari-hari.
Faktanya, kemampuan berpikir positif untuk
melihat kebaikan dalam setiap kejadian, apa pun kondisinya baik yang
menyenangkan maupun tidak merupakan kualitas moral yang penting, yang timbul
dari keyakinan yang tulus akan Allah SWT, dan pendekatan tentang kehidupan yang
disebabkan oleh keimanan. Pada akhirnya, pemahaman akan kebenaran ini menjadi
sangat penting dalam menuntun seseorang tidak hanya untuk mencapai keberkahan
hidup di dunia dan akhirat, tetapi juga juga untuk menemukan kedamaian dan
kebahagiaan yang tak akan berakhir.
Tak ada seorang pun yang kebal terhadap
segala peristiwa. Biasakanlah untuk berpikir positif melihat bahwa pada
akhirnya ada suatu kebaikan dalam sebuah peristiwa yang pada awalnya terlihat
merugikan. Meski demikian, seseorang perlu ingat bahwa ia tidak akan selalu
dapat mengetahui maksud sebuah peristiwa adalah sesuatu yang merugikan. Hal ini
dikarenakan kita tidak selalu beruntung dapat melihat sisi positif yang muncul.
Mungkin juga Allah hanya akan menunjukkan maksud keilahian-Nya di akhirat
nanti. Karena alasan itulah, yang harus dilakukan oleh orang yang ingin
menyerahkannya pada takdir Allah dan memberikan kepercayaannya kepada Allah
adalah menerima setiap kejadian itu—apa pun namanya—dengan keinginan untuk
mencari tahu bahwa pastilah ada kebaikan di dalamnya dan kemudian menerimanya
dengan senang hati.
Dengan demikian, berfikir merupakan sebuah proses cara
pandang seseorang terhadap suatu obyek, baik itu nyata ataupun tidak, yang
kemudian menghasilkan penilaian apakah obyek itu positif atau negative. Banyak
hal tentunya yang dapat mempengaruhi hasilpenilaian tersebut, antara lain, yang
bersifat internal; suasana hati, pemahaman dan penafsiran suatu informasi yang
tidak lengkap, peristiwa yang dialami seseorang dalam kehidupan yang mendorong
adanya pergeseran cara pandang terhadap sesuatu/orang lain. Yang bersifat
eksternal antara lain faktor tingkat pendidikan, budaya, ekonomi, dan lain-lain
Sumber : Http://ponpesdaarettaqwa.blogspot.com
http://rizanurfikri.blogspot.com
http://butikaini.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar