Jika
kita menelusuri beberapa kali pemilu, terutama setelah berakhirnya Orde Baru,
kematangan demokrasi di Indonesia masih jauh dari harapan. Beberapa kekisruhan
antar warga terkait dengan pilihan politik yang berbeda masih mewarnai kampanye
politik di negeri ini. Imbasnya adalah tercipta situasi yang kurang kondusif
bagi aktivitas dunia usaha. Dapat dibayangkan bagaimana repotnya pelaku usaha
dalam melaksanakan kegiatan usaha dalam situasi sosial politik yang memanas.
Dalam
situasi yang tenang saja sering muncul hambatan dalam menjalankan usaha. Contoh
sederhananya adalah bagaimana pedagang pasar membatalkan niatnya untuk
berdagang di pasar karena jalan yang akan dilaluinya masih dipenuhi dengan
massa yang berjaga-jaga akibat keributan yang terjadi sebelumnya. Dalam konteks
yang lebih besar, terganggunya aktivitas para pedagang pasar di beberapa tempat
akan mengakibatkan ribuan pelaku usaha menghentikan aktivitas usahanya, artinya
banyak rumah tangga akan terganggu dengan situasi yang tidak kondusif tersebut.
Agak
sulit menghitung berapa kerugian negara akibat mandeknya aktivitas usaha mereka,
tetapi sudah pasti cukup signifikan. Bagi pelaku usaha menengah ke atas,
terdapat kecenderungan untuk bersikap wait and see dan menunda pengembangan
usaha atau investasi dalam rentang kampanye pemilu. Meneruskan rencana untuk
mengembangkan usaha atau investasi dalam situasi yang tidak menentu sama saja
dengan salah perhitungan atau bunuh diri. Pengalaman menunjukkan bahwa di
Indonesia, perubahan pemimpin berimbas pada perubahan kebijakan. Bagi dunia
usaha, perubahan kebijakan berarti perubahan strategi bisnis, penyesuaian baru,
dan bahkan sampai perubahan penyelenggaraan organisasi usaha. Beruntung bahwa
sebagian besar pelaku usaha dilndonesia adalah pelaku usaha mikro kecil dan
menengah yang memiliki organisasi yang fleksibel.
Krisis
moneter 1998 yang berlangsung berbulan-bulan saja dapat diatasi oleh para
pelaku usaha ini, padahal krisis moneter menyerang langsung sisi perekonomian.
Terbukti bahwa para pelaku usaha di Indonesia masih tetap eksis sampai saat
ini. Dibandingkan dengan krisis moneter, situasi yang timbul sebagai dampak
negatif dari penyelenggaraan pemilu sesungguhnya tidak terlalu memengaruhi
kegiatan usaha. Hanya saja seperti tertulis di atas, cukup menyebalkan.
Setelah
pemilu berlangsung, para pelaku usaha tetap melakukan usahanya. Siapapun yang
terpilih tidak membuat mereka tiba-tiba menjadi besar usahanya. Mungkin ada
beberapa yang bertambah besar, tetapi sebagian besar akan tetap berada dalam
jalur kurva yang telah dilewati sebelumnya.
Ada Juga yang Diuntungkan
Ada Juga yang Diuntungkan
Meski
mendatangkan risiko, pemilu juga mendatangkan peluang bisnis bagi beberapa
kelompok usaha. Yang paling kelihatan adalah pengusaha di produksi media
kampanye dan perlengkapannya (banner, kaus, spanduk, brosur, jasa boga, dll)
serta biro konsultasi politik serta lembaga survei.
Misalnya pemilu tahun 2009, sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) mengalami lonjakan signifikan pada
pemilu kali ini. Asosiasi Pertekstilan Indonesia memperkirakan jumlah order
untuk produk TPT sehingga bisa menembus angka Rp5 triliun. Rumah produksi
dan televisi juga mendapatkan berkah.
Durasi
tayang kampanye yang dilakukan parpol untuk pemilu legislatif maupun perkenalan
calon presiden sudah melampaui durasi iklan produk komersial. Seperti contoh belanja
iklan selama masa kampanye Pemilu 2004 memberikan kontribusi sekitar 18% dari
total belanja iklan. Pasangan SBY-JK misalnya pada masa kampanyenya
menghabiskan Rp50 miliar untuk iklan di televisi. Belanja iklan selama masa
kampanye 2004 sendiri, seperti diungkapkan Ketua Umum Persatuan Perusahaan
Periklanan Indonesia (PPPI) RTS Masli, mencapai Rp3-4 triliun. Survei Nielsen
Media Research seperti dikutip pada buku Iklan dan Politik (2008) menunjukkan,
selama masa kampanye Pemilu 2004, PDIP dan Partai Golkar paling banyak
beriklan. PDIP mengeluarkan dana Rp39,25 miliar untuk satu bulan kampanye,
sedangkan Partai Golkar membelanjakan Rp21,75 miliar yang tidak termasuk iklan
media luar ruang.
Peran lain
Sebagian
kalangan pengusaha memandang pemilu sebagai momentum untuk perubahan dan
keterlibatan pengusaha adalah keniscayaan. Dari sini dapat dipahami mengapa
makin banyak pengusaha masuk ke dunia politik. Keterlibatan pengusaha dalam
bidang politik memiliki alasan yang beragam. Sebagian menyatakan bahwa selama
ini aspirasi mereka sebagai pengusaha kurang diperhatikan oleh para wakil
rakyat. Para pengusaha yang mencalonkan diri pada kategori ini akan lebih
banyak membawa aspirasi dari sektor usahanya. Sebagian lagi mengaku tergerak
untuk menyumbangkan perannya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara agar
mencapai taraf kemakmuran yang lebih baik.
Para
pengusaha dalam kelompok ini memandang bahwa ada kekurangan yang mengakibatkan
bangsa Indonesia lamban akselerasinya dalam mencapai kemakmuran. Ada yang
berpandangan bahwa para politik 11 selama ini hanya beretorika dan menelurkan
kebijakan yang tidak. Sementara sebagian lain merupakan pengusaha yang sedang
menurun usahanya sehingga merambah dunia politik dengan menjadi caleg yang
dipandang sebagai sebuah alternative bagi kehidupannya. Apa pun latar belakang
atau motif pengusaha masuk ke dunia politik, warna kewirausahaan sangat
diperlukan oleh bangsa ini, terutama di parlemen, agar dunia usaha memiliki
"pengaman" bagi terjadinya kemungkinan keluarnya kebijakan yang
kontraproduktif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Bangsa
Indonesia telah melangkah sedikit demi sedikit untuk membangun perekonomian.
Perlu beberapa langkah lagi untuk menjadi bangsa yang memiliki kemandirian
ekonomi. Hal itu hanya bisa dicapai dengan kerja sama berbagai elemen bangsa
baik eksekutif, legislatif, dunia usaha maupun masyarakat pada umumnya. Semoga
kedewasaan bangsa Indonesia sudah lebih baik sehingga pemilu kali ini tidak
menimbulkan guncangan sosial politik yang berarti sehingga tidak mengganggu
aktivitas usaha. Diperlukan peran besar dari kader parpol untuk membangun
kedewasaan berpolitik bagi dirinya sendiri, bagi parpolnya, dan bagi para pendukungnya.
Semoga para pengusaha yang mencalonkan diri mampu membawa nilai tambah bagi
perkembangan perekonomian Indonesia jika terpilih nanti.
Sumber : https://www.facebook.com/note.Makna
Pemilu Bagi Pengusaha
Tidak ada komentar:
Posting Komentar